KETIKA ROHKU HANYA DAPAT MEMANDANG ORANG YAG DIKASIHI

Wahai saudara-saudara seimanku, pernahkah kamu membayangkan apakah yang akan dilakukan rohmu dikala Izrail Sang Pencabut nyawa mulai menarik nyawa dari tubuhmu? Roh pun mulai diangkat dari hujung kaki, sementara mata, hati dan fikiran kita masih mampu merasakan atau menyaksikan kehadiran mereka yang kita kasihi sekitar sekujur tubuh kita yang lemah. Hinggalah roh menjalar ke tengkok, lalu tercabut sempurna. Maka sempurna jugalah roh kita meninggalkan rumah yang kita cintai, mereka yang kita kasihi menangis tersedu-sedu penuh kehibaan, bahkan jasad yang kita tinggalkan kaku.

Bayangkanlah saudara-saudaraku, ketika rohmu tidak lagi mampu berbuat apa-apa. Ketika itu segala ego, cita-cita, hasrat, cinta, keinginan, perancangan kandas dengan terputusnya denyut roh di dalam tubuhmu. Rohmu hanya mampu memandang orang yang tercinta dari kejauhan… Roh laksana lampu. Jika ia hidup, ia dapat memancarkan cahaya. Jika ia mati, maka pudar jugalah cahayanya. Jika roh masih bersemayam di dalam tubuh, maka kita masih tetap hidup. Mampu tersenyum, ketawa, menangis, berfikir, merancang, berkeluarga dan sebagainya. Jika ia bebas, kita pun mati. Muncullah pertanyaan, ke manakah gerangannya roh kita setelah kita mati?

Ketahuilah saudara-saudaraku, bahawa roh kelah akan diminta pertanggungjawaban di hari kiamat. Rohlah yang akan menjalani seksa kubur atau azab neraka jika perilaku kita dibenci oleh Allah. Roh jugalah yang akan mengecap kenikmatan pesona kubur dan anugerah indah syurga jika kelakuan kita selama hidup di dunia diredai Allah. Rohlah yang akan merasakan pahit-manis, pedih dan indah, suka dan duka secara abadi ( khalidina fiibaa) kelak di hadapan Allah. Maka untung atau celakanya roh kita sangat bergantung kepada tingkahlaku kita sendiri selama hidup di dunia ini.

Buku ini menyajikan renungan jiwa akan tentang diri, ego, fikiran, godaan, cita-cita, harta, keluarga dan segala isu materialistik yang lain. Maka jangan berkiblatkan mereka, selamatkan rohmu yang tercinta dengan sebaik-baiknya, selagi nyawa dikandung badan…