Additional information
Weight | 0.215 kg |
---|
RM28.00
Tidak diragukan lagi kepopuleran Kitab Al-Hikam di Indonesia, terlebih di pesantren-pesantren tradisional. Kitab karya Ibn Athaillah itu menyimpan banyak keistimewaan karena anggapan tak semua orang disarankan mengaksesnya. Di lingkungan pesantren sendiri, kitab ini diajarkan terutama pada santri-santri tingkat tinggi.
Kitab Al-Hikam berisi untaian hikmah yang diturkan melalui kalimat-kalimat singkat berima penuh makna. Untuk bisa menyecap hikmah, perlu kejernihan pikiran, renungan mendalam dan kemapanan berfikir. Tak ayal jika kitab tersebut dianjurkan untuk diakses kalangan tertentu saja. Namun, dengan hadirnya buku ini, kita mendapatkan “bantuan” untuk bisa lebih mudah memetik hikmah yang terkandung dalam kitab Al-Hikam.
Dengan ulasan kontemporer dari Imam Sibawaih, buku ini menjadi relatif mudah dicerna. Dengan begitu, upaya menyelami hikmah menjadi terbantu dan bisa dilakukan semua kalangan, tanpa kecuali masyarakat awam. Meskipun kitab klasik, bukan berarti Al-Hikam kehilangan daya tarik. Justru dengan munculnya buku-buku yang mengulasnya, dinamika pemahaman atasnya menjadi lebih hidup dan berkembang sesuai keadaan zaman.
Ikhlas, dosa, dan nafsu
Tugas tiap insan adalah bermal. Namun pemahaman amal tak berhenti soal bagaimana kita menjalankannya. Rasakan kalimat berikut; “Amal adalah kerangka yang tegak sementara ruhnya adalah rahasia ikhlas di dalamnya” (hlm 24). Terasa bahwa dalam beramal, keikhlasan menjadi hal krusial yang di sana disebut “ruh”. Jasad tanpa ruh sama saja dengan benda tanpa nyawa. Dan dengan sendirinya, amal tanpa keikhlasan tak berarti apa-apa.
Ikhlas ibarat sinyal yang memberi tanda, namun tak dapat teraba. Amal bisa terus kita lakukan karena adanya sumber dari baterai (niat), namun itu tak menjamin terhubungnya kita dengan tujuan (Allah SWT). Ikhlaslah yang menghadirkan kebebasan karena hanya bergantung pada penilaian-Nya, bukan penilaian makhluk-Nya. Tugas kita dalam menjaga keikhlasan dalam setiap amal adalah senantiasa memohon pertolongan-Nya, memelihara, dan meluruskan niat.
Setiap insan tak lepas dari kesalahan. Dalam konteks olah kalbu, dosa menjadi sarana melihat sejauh mana kondisi kalbu kita. Rasakan untaian berikut;“Di antara tanda matinya kalbu adalah tidak bersedih atas ketaatan yang terlewat dan tidak menyesal atas dosa yang diperbuat”(hlm 64). Kalbu menjadi alat deteksi laku diri. Kita harus peka dan resah jika ibadah (shalat, puasa, zakat, zikir, dll) yang kita tinggalkan tak lagi membuahkan kesedihan. Karena itu menandakan hati telah menjadi pekat dan gersang.
Maka kita harus segera “menyiram” diri kita, agar kalbu yang gersang kembali subur dan rindang. Sempatkanlah dirimu “menyendiri” sesaat, jadikan hatimu tergugat. Pertanyakan mengapa engkau sebegitu pekat, lalu menangislah kepada-Nya dalam munajat. Engkau akan lekas sehat (hlm 65). Kita butuh keheningan untuk menitikkan gundah dan mengakui segala salah. Kemudian memohon ampun pada-Nya dalam doa yang terungkap dengan penuh kesadaran akan segala khilaf dan kesalahan.
Dosa kerap bermula dari kekalahan kita pada nafsu. Nafsu menjadi musuh abadi sejak pertama kali manusia terlahir di bumi. Nafsu adalah kebalikan hati. Menuruti nafsu terasa menyenangkan, namun hakikat hati jadi tak tenang. Sebaliknya, mengendalikan nafsu dirasa berat, namun berbuah nikmat. Segala yang menghadirkan kesenangan dan melalaikan pasti nafsu sangat sigap melakukan. Tetapi cobalah hadapkan ia pada kepada sesuatu yang berat dan membebaninya, maka ia akan enggan dan menghindarinya (hlm 206).
Selain soal ikhlas dan dosa, banyak hal yang dibahas dalam kitab Al-Hikam dan diulas dengan menawan oleh Imam Sibawaih. Kalimat-kalimat pendek sarat makna, dengan bahasa sederhana berbalut keindahan sastra, menjadikan buku ini renyah, namun tak menghambat jalan tersampaikannya pesan yang disampaikan. Buku ini bisa menjadi panduan bagi kita yang merindukan ketenangan batin dan dahaga spiritual, di tengah rutinitas pekerjaan dan hingar-bingar kehidupan modern yang kian gemerlapan*
(Tayang di Tribun Jateng, Minggu 7 Juni 2015)
Judul : Kitab Al-Hikam, Untaian Hikmah Ibnu ‘Athaillah
Penulis : Imam Sibawaih Al-Hasany
Penerbit : Zaman
Tahun : Cetakan 1, 2015
Tebal : 283 halaman
Out of stock
Reviews
There are no reviews yet.